Sumber Foto: Doc. Pribadi
Oleh: Guntur Mahesa Purwanto
Sosok pemuda dikenal sebagai
sosok penuh harapan serta menjadi dambaan banyak orang. Bagaimana tidak? Pemuda
dalam kacamata dunia adalah aset dan penerus estafet suatu peradaban di kemudian
hari. Belum lagi para orang tua yang akan sangat bangga apabila anaknya
memiliki prestasi dimasa muda atas hasil dari didikan kedua orang tua dan
lingkungan yang ada.
Selanjutnya, pemuda pula yang
dapat mengubah serta memberdayakan segala kondisi negeri dari yang tadinya
terpuruk, berkembang hingga tercapai maju. Tentunya, semua itu dapat tercapai
karena intelektualitas dan semangat khas yang dimiliki seorang pemuda.
Pada zaman milenial dan di tengah
arus globalisasi yang melahirkan modernitas ini, para pemuda kini banyak
kehilangan jatidirinya. Dirinya lupa dan banyak terlena oleh fatamorgana dunia
yang membuatnya mandul dalam membangun dan mengembangkan daya kreatifitas untuk
kelanggengan suatu negeri.
Para pemuda masa kini banyak
tergiur oleh fantasi dunia yang dapat merusak moral serta aqidah yang
dianutnya.
Pemuda masa kini lebih terfokus
pada urusan cinta terhadap lawan jenis yang bersifat privasi daripada
memikirkan kesejahteraan dan makmurnya suatu negeri.
Pemuda masa kini sangat mudah
diperbudak oleh para kapitalis yang berdampak sempitnya ruang gerak dirinya di
depan kelak.
Pemuda masa kini, kebanyakan dari
mereka adalah pemuda “in the box”,
bukan “out of the box”. Banyak dari mereka yang lebih
menyelesaikan suatu hal secara dangkal berbalut rasa damai sebagai suatu alasan,
daripada dengan telaah mendalam dan berkomitmen tinggi dalam menyelesaikan
segala perkara yang harus dihadapinya.
Kemudian, dampak dari semua itu
adalah hilangnya bumi pertiwi kepada asing. Zamrud khatulistiwa nan kaya raya
ini telah habis diekploitasi untuk kepentingan negeri orang daripada
memberdayakan negeri sendiri.
Alasannya sederhana, yakni para
pemuda kini telah lupa pada jatidirinya sebagai sosok pejuang perubahan. Kini
dirinya asyik dengan kecanggihan teknologi dan informasi yang serba instan tanpa
ingin tahu dan memfilter dampak dari yang akan dihasilkan hal tersebut.
Padahal Ir. Soekarno yang sering
dijadikan rujukan sebagai pengobar semangat perjuangan dan perubahan pernah
berkata, “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan aku cabut Semeru dari
akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”
Selain itu, Ir. Soekarno pun
berkata, “Lebih baik jadi singa satu hari, daripada jadi kucing seumur
hidup!”
Dari perkataan bung Karno di
atas, sangat ditekankan bahwa pemuda adalah harapan dan hendaklah mereka
bersikap kritis dalam menghadapi berbagai persoalan di depan. Adapun mereka
yang sering terlena oleh kesenangan dunia, hendaklah mereka merenungkan QS.
Al-Maidah: 100 yang berbunyi:
Katakanlah: "Tidak sama yang buruk
dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka
bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat
keberuntungan."
Pemuda adalah harapan hari ini
dan esok tiba. Mereka kehilangan jatidiri akibat jauhnya ia dari kepekaan terhadap
segala sistem kehidupan, khususnya terhadap ruhiyah yang sejatinya ia ketahui
bahwa kitab suci adalah pedoman dalam mengarungi dan mencari jawaban dari
berbagai persoalan yang menimpa kehidupan. Selain memiliki semangat yang masih
segar, pemuda dituntut agar senantiasa aktif, saling bersinergi serta bersuara
dalam mengokohkan pondasi keadilan, kesejahteraan, kemakmuran dan keutuhan
suatu negeri, khususnya terhadap dirinya pribadi agar tetap istiqomah menapaki
hari-harinya kelak diridhoi illahi.
ConversionConversion EmoticonEmoticon