Smart With Islam

     
Oleh: Guntur Mahesa Purwanto

     Sob, belum cukup deh rasanya kalau kita sebagai seorang muslim belum tergolong smart. Banyak sih orang pinter (eits, bukan dukun ya) semisal ada mereka yang juara 1 di kelasnya, dapet piala gara-gara memenangkan ajang perlombaan, sampai ada juga yang bisa melahirkan karya seperti menerbitkan buku, menciptakan robot, dan masih banyak lagi.

     Namun, dari semua kebahagiaan yang didapat, terkadang ada hal kelam yang enggak tau apakah kita sadar ataukah tidak, walaupun misalnya kita meraih prestasi dan mendapatkan penghargaan murni atas keringat dan usaha sendiri. Hal kelam yang dimaksud adalah kita boleh smart disatu sisi tapi tidak smart disisi lainnya.

     Contohnya? Si Fulan meraih juara 1 dalam ajang perlombaan Matematika yang mewakili sekolah tempat dirinya menuntut ilmu. Bukan cuma itu, si Fulan pun sangat gigih berlatih bahkan mendapat bimbingan khusus dengan seorang guru seminggu sebelum perlombaan dimulai, agar saat waktunya tiba dapat menghantam bala rintang tanpa hambatan sedikit pun.
Sayangnya, si Fulan yang selalu dipuji-puji oleh orang tuanya, gurunya, teman-temannya, bahkan orang yang tak dikenal sekalipun karena keberhasilannya dalam bersaing mengalahkan peserta lain ketika perlombaan, tidak berarti apa-apa dihadapan Tuhannya. Hal itu dikarenakan si Fulan enggan taat dan bersyukur atas apa yang telah diberikan Tuhannya.

     Jadi gini simple-nya D’riser, kita sebagai manusia yang dianugerahi kepintaran disuatu bidang, kekayaan yang melimpah, serta jabatan yang strategis, tidak akan ada artinya semua itu dihadapan Allah Swt. jikalau kitanya sendiri shalat jarang, ngaji kadang-kadang, apalagi sedekah yang selalu beralasan gak ada uang.

     Pinter sih pinter, tapi kalau gak jalanin apa yang udah diperintahkan Allah itu gimana ceritanya? Bukannya bersyukur atas kepintaran yang udah Allah berikan kepada kita yang berarti kita ini orang yang terpilih di antara manusia lainnya, eh ini malah lalai terhadap kewajibannya sebagai seorang muslim. Inilah yang dimaksud smart tapi tidak melibatkan Islam sebagai landasan hidupnya.

     Lalu, gimana sih kita sebagai seorang muslim biar bisa pintar dan beprestasi tapi tergolong sebagai muslim yang smart with Islam? Gampang sob!

     Pertama, kenali diri. Sepintas mudah dan sepele banget ya? Tapi siapa sangka yang katanya mudah bin sepele ini sering dikacangin (diabaikan). Faktanya, banyak sekali generasi muda kita yang katanya muslim tapi kalau adzan berkumandang malah nyantai-nyantai bak orang berjemur di Pulau Kelapa. Katanya ngaku muslim, kalau muslim ya harusnya shalat kalau adzan udah terdengar tuh! Eh ini malah berleha-leha ibarat hidup dan mati kita yang ngatur sendiri, bahkan yang lebih parahnya lagi gak jalanin shalat, emangnya hidup ini milik elu!?

     Jadi, kalau kita udah kenal siapa kita, harusnya bisa bersikap sesuai dengan tuntunan yang ada. Misalnya kita terlahir sebagai seorang muslim, langkah yang harus kita tempuh ialah cari tau pedoman bagaimana sih menjadi muslim yang baik dan benar itu. Dalam hal mengenal diri, Allah Ta’ala berfirman:

“Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku.” (TQS. Az Zariyaat: 56)

     Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa inti dari kehidupan ini adalah beribadah. Oleh karena itu, libatkanlah Allah disetiap aktivitas kita sob, baik saat belajar di sekolah ataupun bekerja, biar barokah plus pahala bakal mengalir deras untuk kita.

     Kedua, kenali tujuan hidup. Banyak banget nih kawula muda yang suka bilang, “Hidup gue gimana gue, suka-suka gue mau ngapain. Yang dosa gue kok elu yang ribet!” Biasanya orang yang punya slogan kayak gitu adalah orang yang anti terhadap dakwah khususnya mereka yang doyan pacaran ketika ada temannya mengingatkan untuk kembali ke jalan Allah.

     Memang betul hidup kita ini adalah pilihan kita dan terserah kita mau masuk ke lubang biawak ataukah gerbang kebaikan. Tapi, walaupun misalnya teman kita yang maksiat, yang berzina, kita akan tetap kena dosanya kalau kita masih diem-diem bae! Apalagi kalau azab Allah turun, memangnya air tsunami bakal pilih-pilih mau menghanyutkan siapa aja? Enggak kan? Semua orang termasuk orang shaleh bahkan bayi tak berdosa sekalipun bisa ikut terhanyutkan gara-gara satu orang yang bermaksiat dijalan Allah. Makanya, kalau ada musibah alangkah baiknya merenung terhadap dosa yang pernah diperbuat apalagi dilakukan dengan sengaja! Udah tau dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya eh main tabrak aja.

     Ketiga, jadi muslim jangan nanggung. Maksudnya, kita sebagai muslim harus totalitas alias kaffah dalam menjalankan perintah Allah dan meninggalkan apa-apa yang telah dilarang. Mengenali diri sudah, mengenali tujuan hidup sudah juga tapi kok ragu terikat dengan syariat Islam? Kita ini enggak boleh kayak orang kondangan yang comot sana comot sini yang kita doyan aja. Yang namanya muslim harus mau terikat dengan syariat Islam! Mau tidak mau itu adalah perintah dari Allah dan Rasul yang harus kita laksanakan.

     Islam itu ngatur bukan sebatas perkara ibadah seperti shalat, zakat, puasa dan naik haji (bukan pak haji ya) saja, melainkan mengatur juga yang namanya pergaulan bahkan pemerintahan. Jikalau semuanya direalisasikan dengan baik, negeri yang tadinya masyarakat doyan dengan maksiat, hura-hura, dsb. Apabila Islam diterapkan disegala aspek kehidupan niscaya negeri yang tadinya penuh dengan dosa bisa meraih predikat sebagai negeri yang baldatun thayyibatun wa rabul ghafur! Seperti Rasulullah Saw. yang sukses mengajak masyarakat memeluk Islam dan menerapkan syariat Islam atas gagah dan gigihnya para sahabat yang turut membantu di antaranya Abu Bakar as Shiddiq, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dkk. Sehingga negeri Makkah yang tadinya jahiliyyah dapat tunduk oleh Islam dan menjadi negeri yang diberkahi oleh Allah Swt.

     Jadi, biar kita bisa menjadi muslim yang smart with Islam, kita harus bisa menyeimbangkan urusan dunia dengan urusan akhirat. Kepintaran, kekayaan, dan jabatan yang kita punya, jadikanlah hal-hal itu sebagai wasilah untuk mengajak orang yang tadinya tersesat untuk kembali ke jalan Allah dan Rasul-Nya.

“Barangsiapa keinginannya kehidupan akhirat, Allah akan beri rasa cukup dalam hatinya, menyatukan urusan yang berserakan dan dunia datang kepadanya tanpa ia cari. Barangsiapa keinginannya kehidupan dunia, Allah akan jadikan kemiskinan selalu membayang-bayangi di antara kedua matanya, mencerai-beraikan urusannya, dan dunia tidak akan datang kecuali sekadar apa yang telah ditentukan baginya.” (HR. Tirmidzi)
Previous
Next Post »