[Sumber Gambar: Google]
Oleh: Guntur Mahesa Purwanto (Tim Lembaga Dakwah Sekolah Cirebon)
Assalamu’alaikum sobat, semoga kamu-kamu yang senantiasa
istiqomah di jalan Allah diberikan kemudahan dalam menjalankan aktivitasnya ya.
Sedangkan, bagi kamu yang baru memulai hijrah dari kotornya hidup jahiliyyah,
semoga segera menemukan cahaya kemuliaan dihadapan Allah SWT. dalam menapaki
kehidupan ini agar semakin terarah dan tentunya berkah.
Sobat, jangan mudah
menyerah yah ketika suatu saat nanti datang timpaan yang menerpa dirimu ketika
sedang menjalani alur hidup. Pesan penulis, jangan galau, jangan risau,
tapi katakan dengan khusyu’ pada diri kita bahwa kita bisa karena Allah
itu dekat dan selalu menolong hamba-hambanya yang berbuat kebaikan.
Pada kesempatan
kali ini penulis ingin berbagi pemahaman terkait “Gen-Z”. Sebelumnya, apa sih
“Gen-Z” itu? Jawabannya, kata “Gen” merupakan sebuah kepanjangan dari
“Generasi”. Sedangkan makna huruf “Z” disini adalah generasi yang lahir pada
Tahun 1995-2010. Jadi, generasi Z alias Gen-Z ini adalah generasi yang
lahir antara Tahun 1995 sampai 2010.
Sobat, teknologi
informasi dan komunikasi yang kian hari kian pesat ini, tidak lain dan tidak
bukan adalah hasil dari kreasi tangan-tangan dari generasi ke generasi.
Bahwasanya, kehidupan semakin maju, kehidupan semakin canggih, kehidupan
semakin mudah/praktis, kehidupan semakin berwarna, kesemua itu merupakan hasil
dari diimplementasikannya sebuah ide/gagasan yang dari generasi ke generasi
terus dikembangkan.
Membahas Gen-Z, rasanya tidak lengkap kalau kita belum mengetahui definisi pemuda/remaja. Mengapa? Karena mereka memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu negeri atau peradaban. Tidak percaya? Sepertinya kamu harus renungi lagi deh pesan yang pernah disampaikan oleh Bapak Proklamator Indonesia alias Ir. Soekarno, beliau pernah berpesan kepada rakyatnya, beliau berkata, “Berikan Aku 1000 orangtua, niscaya akan Aku cabut Semeru dari akarnya, berikan Aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Semoga dengan perkataan beliau itu hati kamu semakin tergugah bahwa pemuda itu adalah aset bagi suatu bangsa yang sangat berharga.
Membahas Gen-Z, rasanya tidak lengkap kalau kita belum mengetahui definisi pemuda/remaja. Mengapa? Karena mereka memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu negeri atau peradaban. Tidak percaya? Sepertinya kamu harus renungi lagi deh pesan yang pernah disampaikan oleh Bapak Proklamator Indonesia alias Ir. Soekarno, beliau pernah berpesan kepada rakyatnya, beliau berkata, “Berikan Aku 1000 orangtua, niscaya akan Aku cabut Semeru dari akarnya, berikan Aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Semoga dengan perkataan beliau itu hati kamu semakin tergugah bahwa pemuda itu adalah aset bagi suatu bangsa yang sangat berharga.
Bahkan, jauh hari sebelum kita lahir dan Ir. Soekarno lahir, Islam
telah menunjukkan betapa gagah dan gigihnya pemuda yang mengabdikan diri mereka
semata-mata untuk Allah dan Rasul-Nya. Mereka patut dijadikan contoh teladan bagi
kehidupan kita, mereka adalah teladan-teladan yang hidup berdampingan bersama
utusan Allah SWT. siapakah mereka? Mereka adalah ‘Ali bin Abi Thalib, Zubair
bin Al-Awwam, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Arqam bin Abi Al-Arqam, ‘Abdullah bin
Mas’ud, Sa’ad bin Abi Waqash, Ja’far bin Abi Thalib, dll. Apa kontribusi mereka
saat itu? Yakni ikut berjuang bersama Rasulullah SAW. untuk menegakkan Islam di
atas segalanya. Selain itu, hal yang patut kita resapi selanjutnya adalah
ketika mereka kala itu ikut berjuang demi tegaknya agama Allah dan usia mereka
semua masih terbilang muda!
Subhanallah, bagaimana
dengan kita?
Nah! sobat,
dikatakan kita masih muda atau tidak itu bagaimana sih? Jangan-jangan
Aku ini sudah tua, hehe. Jangan berkecil hati dulu, mau muda ataupun
tua, yang terpenting kita tetap bertauhid, jalankan apa yang diperintahkan-Nya
dan jauhi apa yang dilarang-Nya, karena sesungguhnya hidup ini semata-mata
hanya untuk Allah SWT.
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia (melainkan) agar beribadah
kepada-Ku.” (TQS. Ad-Dzariyaat: 56)
Dikutip dari sebuah buku berjulul Anak Muda Keren Akhir Zaman
(Hardita, 2015: 6) menurut ahli Psikologi, dilihat dari konteks usia, remaja
dibagi menjadi tiga bagian:
- Remaja Awal: Berusia dari umur 12-15 tahun.
- Remaja Pertengahan: Berusia dari umur 15-18 tahun.
- Remaja Akhir: Berusia dari umur 18-21 tahun.
Jadi, kalau kamu
usianya lebih dari 21 tahun itu berarti kamu sudah memasuki fase bapak-bapak
ya. Wah! musti cari pendamping hidup deh, hehe.
Kira-kira kalian tahu enggak sih apa aja yang biasa dilakukan para remaja/pemuda ketika beraktivitas? Mungkin ada sebagian yang hidupnya atau waktunya dihabiskan untuk having fun, nongkrong, pacaran, nonton konser, atau ada juga yang sering bullying, tawuran, madol atau bahasa lainnya kabur dari sekolah, dll.
Kira-kira kalian tahu enggak sih apa aja yang biasa dilakukan para remaja/pemuda ketika beraktivitas? Mungkin ada sebagian yang hidupnya atau waktunya dihabiskan untuk having fun, nongkrong, pacaran, nonton konser, atau ada juga yang sering bullying, tawuran, madol atau bahasa lainnya kabur dari sekolah, dll.
Hhmmm, sungguh
masalah banget ya sob?
Eitss, tunggu dulu,
tidak semua remaja/pemuda seperti itu ya, masih ada kok mereka-mereka
yang baik, yang punya potensi, mereka yang berprestasi. Contohnya? Di daerah
Lamongan, tiga siswa SMA pernah membuat sebuah temuan yang cukup unik, yaitu
membuat kertas dari kotoran Kuda.
Weleh najis enggak
tuh?
Terlepas dari persoalan itu, hal yang terpenting adalah mereka memanfaatkan waktunya untuk hal yang positif bahkan bisa melahirkan sebuah kreasi yang bisa saja berguna di masa depan nanti. Daripada detik dan menit yang ada malah dihabiskan untuk hal-hal un-faedah, apalagi dihabiskan untuk tawuran yang jelas-jelas meresahkan warga dan mengakibatkan kerugian, mati konyol pula.
Belum cukup sampai contoh di atas, mungkin kita terkagum-kagum dan bangga ketika siswa atau pemuda Indonesia mendapatkan juara olimpiade baik dirancah internasional, nasional, regional, maupun lokal. Kemudian pulang dengan gagahnya membawa medali emas, perak, perunggu, uang binaan, sertifikat, dll. atas usaha sendiri yang dilakukannya. Namun, ada satu hal yang tidak kalah hebatnya khususnya bagi kita seorang muslim, yakni ketika seseorang dapat dengan mudah menghafal Qur’an alias mendapat gelar Hafidz Qur’an! Wah, akhwat mana sih yang enggak mau nolak lamarannya, cieeee yang masih pada JOMBLO!
Sobat, walaupun
kita terlahir diera teknologi yang canggih, diera komunikasi yang mudah
dilakukan kapanpun dan dimanapun, diera informasi yang mudah dicari, bukan berarti
momen bagi kita untuk bermalas-malasan atau berdiam diri! Generasi Z selain
dicirikan fasih dalam menggunakan teknologi, berwawasan luas, multitasking,
serta punya pemikiran yang kritis, tapi juga ada virus yang melekat pada diri
mereka seperti halnya kurang dalam berkomunikasi verbal, punya sikap egosentris
dan individualis, serba ingin hasil yang instan, cepat, mudah, sehingga mereka tidak
sabaran dan tidak menghargai proses.
Ingat umur bro, ingat umur! Umur kite kan kagak
ade yang tau kecuali Allah, betul-betul? Nah, inilah maksudnya,
jangan gara-gara zaman semakin canggih dan mudah malah menjadikan kita MANJA!
*Emang lagi manja, lagi pengen dimanja, pengen berduaan bersama
kamu...(cie yang bacanya sambil nyuanyi)
Gara-gara mudahnya
arus informasi eh bikin karya tulis malah plagiat, giliran pergi ke
sekolah semangatnya bagaikan kura-kura yang sedang menahan berat tempurungnya,
tapi pas jam pulang tiba malah gesit bagaikan jaguar. Inilah potret kehidupan
remaja sekarang.
Sobat, generasi
sekarang ini sebetulnya banyak sekali masalah ketimbang generasi Y[1]
sebelumnya. Kalau dijabarkan satu-persatu, papan tulis aja bisa penuh
gara-gara menulis masalah-masalah itu. Remaja/pemuda jaman now itu sukanya
jayan-jayan ke mol, beli inilah-beli anulah, kalau enggak gitu
ya maen game seharian sampe lupa makan bahkan ibadah. Kalau kata
orang Sunda mah “hardolin”, yakni kepanjangan dari “dahar, modol, ulin”
atau kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia yakni “Makan, Eek atau
BAB., Maen”.
Adapun aktivitas positif misalnya kalau ada PR di sekolah baru
serius ngerjain. Tapi itu juga enggak menjamin semuanya murni usaha
sendiri alias tanpa nyontek. Masalah serius lainnya ialah tertanamnya paham
sekulerisme dalam benak para remaja/pemuda. Yakni paham yang memisahkan antara
agama dan kehidupan. Jadi, orang yang berpaham sekuler itu dicirikan shalat gak
shalat itu urusannya pribadi. Jadi, mereka beranggapan bahwa, “elo kagak
usah ngingetin gua perkara ibadah karena itu hak asasi.” Bagi mereka, urusan
agama itu tempatnya di Masjid/mushalla saja. Bukan saat kita berbelanja,
liburan, bahkan bernegara.
Eeehhhhh itu orang
musti ditabok (diberi pelajaran maksudnya), Islam itu agama yang
universal, menyeluruh (Kaffah), dari hal terkecil seperti buang air sampai
bernegara, itu diatur dalam Islam. Seperti tegaknya Daulah Madinah yang saat
itu dipimpin Rasulullah SAW. kemudian kepemimpinan dilanjutkan oleh para sahabatnya,
serta yang tidak kalah pentingnya lagi yaitu diterapkannya syariat Islam bagi
rakyatnya. Inilah bukti bahwa Islam selain memuaskan rasa batin tentang adanya
Pencipta Semesta dan urusan ibadah kepada-Nya, juga mengatur urusan dalam ranah
pemerintahan.
Contoh lainnya, adanya ilmu Ushul Fiqh dan Fiqh itu
untuk apa? Bukankah Qur’an juga memuat aturan seperti Halal-Haram? Jadi ente
masih bilang Islam itu sebatas shalat, puasa, zakat, terus haji semata? Masih
bilang bahwa Islam sekedar urusan memuaskan batin semata? MASIH BILANG AGAMA
ITU HARUS DIPISAHKAN DALAM KEHIDUPAN!? (sabar, sabar, jangan ikutan nge-gas
:v).
Betapa banyak dan beragamnya masalah terjadi di zaman yang katanye
canggih bin maju ini. Sungguh PR bagi kita semua untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan tersebut. Khususnya, coba tanyakan kepada para remaja
tentang pertanyaan berikut ini, jika ada diantara mereka yang bisa menjawabnya,
sungguh dia termasuk remaja yang bisa mendapat gelar limited edition. Bahwasanya,
tiga pertanyaan sederhana dan mudah dijawab ini kiranya sangat sulit sekali bagi
mereka yang tidak tau arti hidup mereka yang sebenarnya. Padahal kita tau
dari semenjak kecil bahwa setelah kita hidup pasti akan ada kematian yang
menghampiri. Pertanyaan-pertanyaan itu adalah:
- Dari mana kita hidup?
- Untuk apa kita hidup?
- Mau kemana kita hidup?
Sobat, Islam tidak
mengajarkan kita hidup puas terhadap materi (harta) semata, Islam tidak
mengajarkan bahwa kesuksesan atau keberhasilan suatu negeri tolok ukurnya yakni
gedung-gedung yang menjulang tinggi serta rakyat didalamnya makmur. Tidak!
sungguh Islam tidak sebatas itu. Bahkan, kalau dikatakan hal tadi itu tolok
ukur yang MURAH SEKALI! Islam mengajarkan kita hidup makmur tapi juga BERKAH!
Karena jika tolok ukur makmurnya suatu bangsa dilihat dari hartanya, maka harta
bisa didapatkan pula dari cara-cara yang haram. Sedangkan Islam tidaklah
demikian. Karena itulah Islam mengajarkan bagaimana caranya kita bermuamalah. Inilah
contoh bahwa Islam juga mengatur urusan individu dan juga bermasyarakat.
Dalam menjalani hidup, Islam mengajarkan tiga hal kepada kita:
- Habluminallah (Hubungan diri kita dengan Allah)
- Habluminanas (Hubungan diri kita dengan sesama/manusia)
- Habluminafsih (hubungan diri kita terhadap diri sendiri)
Lalu, apa yang harus kita lakukan jikalau kita melihat “generasi Z”
berperilaku yang sangat tidak kita harapkan? Dalam hal ini kita dituntut untuk
bijak dalam menyikapi terkait bobroknya pergaulan yang terjadi di kalangan
remaja. Tipsnya adalah:
Pertama, jangan ikuti
kebiasaan buruk mereka.
Kedua, serulah mereka
ke jalan kebaikan yaitu Al-Qur’an dan Sunnah, karena kewajiban berdakwah bukan
sebatas tugasnya para ulama atau ustadz/ah saja.
Ketiga, saling bahu
membahu agar keduanya yakni orang yang mengingatkan pun halnya orang yang
diingatkan ke arah kebaikan agar tetap istiqomah di jalan-Nya satu sama lain.
Kita sebagai umat Islam perlu berbagga, sob. Jika kita
merenungi sejarah, dahulu Islam pernah berjaya selama berabad-abad lamanya.
Mereka yang hidup saat itu pernah termuliakan oleh kegemilangan Islam, mulai
dari kurikulum pendidikannya, tatanan masyarakatnya, hingga merambat ke
bagaimana Islam mengatur sistem pemerintahannya.
Selanjutnya, rakyatnya didalamnya hidup sejahtera, kehidupan keagamaan saat itu begitu harmonis sekalipun masih ada keyakinan yang berbeda, persatuan umat begitu mantap dan kokoh, serta banyaknya orang-orang yang berlomba-lomba mencari ridha dari Illahi untuk keberkahan hidup di dunia dan akhiratnya. Belum sampai disitu, masjid dan perpustakaan saat itu begitu diminati kaum luar maupun warga negara sendiri, bahkan dari diterapkannya sistem Islam kala itu kemudian lahirlah orang-orang hebat seperti para ilmuwan serta ulama-ulama termasyhur yang ilmu, karyanya, terus abadi dan dipakai serta dikembangkan hingga saat ini.
Oliver Leaman pernah berkata, “... siapapun di Eropa yang ingin mengetahui sesuatu yang ilmiah ia harus pergi ke Andalus. Diwaktu itu banyak sekali problem dalam literatur Latin yang masih belum terselesaikan, dan jika seseorang pergi ke Andalus maka sekembalinya dari sana ia tiba-tiba mampu menyelesaikan masalah-masalah itu.”
Selanjutnya, rakyatnya didalamnya hidup sejahtera, kehidupan keagamaan saat itu begitu harmonis sekalipun masih ada keyakinan yang berbeda, persatuan umat begitu mantap dan kokoh, serta banyaknya orang-orang yang berlomba-lomba mencari ridha dari Illahi untuk keberkahan hidup di dunia dan akhiratnya. Belum sampai disitu, masjid dan perpustakaan saat itu begitu diminati kaum luar maupun warga negara sendiri, bahkan dari diterapkannya sistem Islam kala itu kemudian lahirlah orang-orang hebat seperti para ilmuwan serta ulama-ulama termasyhur yang ilmu, karyanya, terus abadi dan dipakai serta dikembangkan hingga saat ini.
Oliver Leaman pernah berkata, “... siapapun di Eropa yang ingin mengetahui sesuatu yang ilmiah ia harus pergi ke Andalus. Diwaktu itu banyak sekali problem dalam literatur Latin yang masih belum terselesaikan, dan jika seseorang pergi ke Andalus maka sekembalinya dari sana ia tiba-tiba mampu menyelesaikan masalah-masalah itu.”
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa saat Islam tegak di
bumi Andalusia atau sekarang disebut sebagai Spanyol, kala itu Islam benar-benar
membuktikan bahwa Islam adalah rahmatan lil ‘alamin[2].
Bahkan, Andalusia pernah disebut-sebut sebagai negeri yang toleran terhadap
agama lainnya seperti Kristen dan Yahudi. Walaupun sistem yang digunakan dalam
mengurus negeri ialah sistem Islam dengan penerapan syariatnya.
Remaja/pemuda sekarang harus berkaca terhadap kejayaan Islam di
masa lalu dan bertekad agar suatu saat nanti harus ada yang bisa melanjutkan
generasi-generasi ilmuwan Islam untuk kemaslahatan umat seperti al-Biruni (ahli
Fisika dan Kedokteran), Jabir bin Hayyan/Geber (pakar Kimia), al-Khawarizmi
(ahli Matematika), Ibnu Sina (Bapak Kedokteran Dunia), dll.
Sob, mari kita greget-kan
diri kita masing-masing, sadarkan diri kita masing-masing, sadarkan teman kita
masing-masing, sadarkan keluarga kita masing-masing, sadarkan guru kita
masing-masing, dan beritahu kepada semuanya bahwa Islam itu kaffah[3].
Islam adalah solusi diantara beragam masalah yang terjadi dalam kehidupan, dan
Al-Qur’an tidak pernah expired[4]
atau tertelan zaman. Mari kita bangkit wahai muslim muda! Mari bangun dari
tidur panjang kita! Bangunlah wahai “sleeping giant”, warga Palestina
menanti kita, warga Suriah menanti kita, warga Rohingnya menanti kita, warga
Uyghur dan kaum muslimin lainnya menanti uluran tangan dan persatuan kita
dibawah kemuliaan Islam! Mari para pemuda Islam kita lakukan pergerakan yang
berarti untuk keberlangsungan Islam ini, berikan kontribusi yang kita miliki
dan bisa kita lakukan walaupun itu hanya sebesar biji zarrah. Walau hanya
hal kecil yang bisa kita lakukan, tapi itu sangat berarti bagi Allah dan
dinilai kebaikan oleh-Nya. Lalu, tunggu apalagi!? Mari bergerak sedari sekarang!
ConversionConversion EmoticonEmoticon