(Sumber
Gambar: https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/16/10/28/ofr1oi313-ini-sumbangsih-peradaban-islam-dalam-perkembangan-seni-musik)
Oleh : Guntur
Mahesa Purwanto (Islamic Coaching Cirebon)
Pernahkah kita
lihat di TV tentang lomba tarik suara? Ya, jawabannya tidak asing lagi. Dari
usia anak-anak sampai dewasa banyak di antara mereka yang mengikuti kontes atau
audisi tersebut.
Biasanya para
kontestan benar-benar melatih diri mereka masing-masing secara intensif baik
ditemani oleh guru keseniannya hingga berlatih mandiri.
Namun,
kegembiraan yang kita lihat sebaiknya jadi bahan renungan kita semua. Ketika
yang lain sibuk melatih vokal agar suaranya menjadi bagus dan merdu dengan cara
melatih pita suara hingga rongga mulut berbunyi A I U E O dengan sempurna,
Islam sebenarnya sudah lebih dulu mengajarkan hal itu bahkan berbuah pahala.
Jika para
musisi sibuk ke studio musik/rekaman untuk melatih tinggi-rendah serta tempo
nada, kita sebagai muslim justru sadar atau tidak sadar telah belajar hal
serupa.
Ilmu tajwid
mungkin tidak asing di telinga kita. Semenjak SD atau Madrasah kita merasakan
pembelajaran tersebut. Dari situ kita bisa melatih tempo saat mengaji.
Bagaimana panjang-pendek suatu bacaan dan berhenti serta melanjutkannya
disebelah mana.
Makhrijul Hurf atau
keluarnya suatu huruf dari tempatnya, mengajarkan bagaimana agar setiap huruf
berbunyi sempurna/jelas sesuai dengan tempat keluarnya bunyi. Sehingga secara sadar
kita pun sedang senam wajah jika diteliti lebih lanjut.
Jika kita
tertarik atau suka dengan suara para musisi yang kita kenal, yang kita
idolakan, ada baiknya kita mulai sibukkan diri dengan hal positif dan berbuah
pahala. Aktivitas mengaji adalah salah satunya. Kita selain dituntut
melancarkan kaidah ilmu tajwid juga bisa melatih dan mengembangkan vokal suara
kita.
Jadi, jangan
merasa iri ketika mendengar suara bagus temanmu saat menyanyi. Karena belum
tentu ia sempurna saat membaca Al-Qur'an. Apalagi ketika sudah dewasa masih
belum bisa membedakan mana huruf "Tsa' ", "Sa", dan
"Sha/Sya".
Pemuda
milenial ini memang kental dengan dunia tarik suara dan bunyi. Masalahnya,
apabila dirinya sibuk dan terlena dengan musik-musik bernuansa maksiat seperti
mengajarkan cinta dalam bingkai pacaran, mengajarkan kekerasan, bahkan isi
lagunya berbau konten dewasa, apakah baik untuk disibukkan dalam hal itu? Apa
sih menfaat yang dapat kita peroleh dari hal itu? Kesenangan? Semurah itukah
kesenangan bagi seorang muslim?
Hal-hal buruk
itulah yang nantinya musti dihijrahkan sedari sekarang. Jika masih menyukai
musik, alangkah baiknya pindah ke aliran religi seperti lagu berisikan shalawat
atau pesan-pesan dakwah seperti Maher Zein, Sami Yusuf, Raef, dll.
Walau
demikian, ada hal yang perlu digaris bawahi walaupun ada ulama/pendapat yang
memperbolehkan musik, syaratnya ialah jangan berlebihan apalagi sampai kita
berlarut-larut dan lupa akan Al-Qur'an yang semestinya lebih utama untuk
dibaca, dilantunkan, didengarkan, bahkan diamalkan.
Sob, Islam
sungguh indah di sisi manapun jika kita mempelajarinya lebih dalam lagi.
Terlebih jika kita paham syariat Islam. Jika kita sudah sadar dan tergerak,
kita akan spontan memilah-milih sesuatu agar semuanya tetap terikat terhadap
Al-Qur'an dan sunnah.
ConversionConversion EmoticonEmoticon