Islam itu indah



Oleh : Guntur Mahesa Purwanto (Islamic Coaching Cirebon)

Pernahkah kita lihat di TV tentang lomba tarik suara? Ya, jawabannya tidak asing lagi. Dari usia anak-anak sampai dewasa banyak di antara mereka yang mengikuti kontes atau audisi tersebut.

Biasanya para kontestan benar-benar melatih diri mereka masing-masing secara intensif baik ditemani oleh guru keseniannya hingga berlatih mandiri.

Namun, kegembiraan yang kita lihat sebaiknya jadi bahan renungan kita semua. Ketika yang lain sibuk melatih vokal agar suaranya menjadi bagus dan merdu dengan cara melatih pita suara hingga rongga mulut berbunyi A I U E O dengan sempurna, Islam sebenarnya sudah lebih dulu mengajarkan hal itu bahkan berbuah pahala.

Jika para musisi sibuk ke studio musik/rekaman untuk melatih tinggi-rendah serta tempo nada, kita sebagai muslim justru sadar atau tidak sadar telah belajar hal serupa.

Ilmu tajwid mungkin tidak asing di telinga kita. Semenjak SD atau Madrasah kita merasakan pembelajaran tersebut. Dari situ kita bisa melatih tempo saat mengaji. Bagaimana panjang-pendek suatu bacaan dan berhenti serta melanjutkannya disebelah mana.

Makhrijul Hurf atau keluarnya suatu huruf dari tempatnya, mengajarkan bagaimana agar setiap huruf berbunyi sempurna/jelas sesuai dengan tempat keluarnya bunyi. Sehingga secara sadar kita pun sedang senam wajah jika diteliti lebih lanjut.

Jika kita tertarik atau suka dengan suara para musisi yang kita kenal, yang kita idolakan, ada baiknya kita mulai sibukkan diri dengan hal positif dan berbuah pahala. Aktivitas mengaji adalah salah satunya. Kita selain dituntut melancarkan kaidah ilmu tajwid juga bisa melatih dan mengembangkan vokal suara kita.

Jadi, jangan merasa iri ketika mendengar suara bagus temanmu saat menyanyi. Karena belum tentu ia sempurna saat membaca Al-Qur'an. Apalagi ketika sudah dewasa masih belum bisa membedakan mana huruf "Tsa' ", "Sa", dan "Sha/Sya".

Pemuda milenial ini memang kental dengan dunia tarik suara dan bunyi. Masalahnya, apabila dirinya sibuk dan terlena dengan musik-musik bernuansa maksiat seperti mengajarkan cinta dalam bingkai pacaran, mengajarkan kekerasan, bahkan isi lagunya berbau konten dewasa, apakah baik untuk disibukkan dalam hal itu? Apa sih menfaat yang dapat kita peroleh dari hal itu? Kesenangan? Semurah itukah kesenangan bagi seorang muslim?

Hal-hal buruk itulah yang nantinya musti dihijrahkan sedari sekarang. Jika masih menyukai musik, alangkah baiknya pindah ke aliran religi seperti lagu berisikan shalawat atau pesan-pesan dakwah seperti Maher Zein, Sami Yusuf, Raef, dll.

Walau demikian, ada hal yang perlu digaris bawahi walaupun ada ulama/pendapat yang memperbolehkan musik, syaratnya ialah jangan berlebihan apalagi sampai kita berlarut-larut dan lupa akan Al-Qur'an yang semestinya lebih utama untuk dibaca, dilantunkan, didengarkan, bahkan diamalkan.

Sob, Islam sungguh indah di sisi manapun jika kita mempelajarinya lebih dalam lagi. Terlebih jika kita paham syariat Islam. Jika kita sudah sadar dan tergerak, kita akan spontan memilah-milih sesuatu agar semuanya tetap terikat terhadap Al-Qur'an dan sunnah.



Previous
Next Post »