Sumber
Gambar: Google
Oleh:
Guntur Mahesa Purwanto
Literasi adalah kegiatan membaca dan menulis. Mudah dilakukan dimanapun
dan kapan saja bisa kita lakukan. Pentingnya kita berliterasi tidak lain dan tidak
bukan karena Jati diri warga Indonesia kini sedang berada dititik sangat
kritis, kasarnya Mati Suri! Hal itu bisa dibuktikan dengan adanya sebuah data
penelitian yang memaparkan bahwa posisi Indonesia dalam hal minat baca berada
di bawah Thailand dan di atas Bostwana. Thailand menduduki peringkat ke-59
sedangkan Indonesia berada di peringkat ke-60. Selain itu, dari data penelitian
tersebut memperlihatkan bahwa posisi negara paling terakhir ialah Bostwana. Itu
artinya bahwa Indonesia berada ditingkat ke-2 jika dilihat dari bawah.
Mahasiswa merupakan calon-calon pengubah peradaban di masa depan.
Kaitannya dengan literasi bahwa mahasiswa tidak lepas kegiatannya di kampus
dengan hal membaca dan menulis, terlebih jika dibarengi dengan kecanggihan
teknologi yang seharusnya Mahasiswa memiliki nilai lebih dari generasi-generasi
sebelumnya serta bisa lebih cepat dalam melangkah ataupun mengejar
ketertinggalan suatu negeri.
Permasalahan suatu negeri pun tidak bisa dilepaskan dengan adanya
peran Mahasiswa. Reformasi yang terjadi pada tahun 1998 contohnya, di sana
Mahasiswa menyuarakan hak rakyat serta kondisi yang dialami bangsa Indonesia
yang sedang banyak masalah. Begitupun saat terjadinya penangkapan-penangkapan
aktivis Mahasiswa di rezim Soeharto yang menunjukkan bahwa Mahasiswa dapat
berpengaruh dalam berlangsungnya suatu pemerintahan.
Namun, ada perbedaan yang sangat kontras antara Mahasiswa Zaman Old
dengan Mahasiswa Zaman Now. Menurut beberapa kalangan, Mahasiswa Zaman Now
bisa dibilang mandul dalam kepekaannya terhadap suatu negeri, bahkan hanya
sedikit saja mereka yang menunjukkan citra kritisnya sebagai seorang Mahasiswa.
Mahasiswa Zaman Now hanya memfokuskan diri untuk kuliah/belajar,
main, dan pulang. Itu pun jika tidak dibarengi dengan pacaran. Masih lebih baik
bagi mereka yang memiliki kerja freelance. Akan tetapi, mirisnya
Mahasiswa Zaman Now ini lebih memilih hiburan dan asmara ketimbang
mengabdi di masyarakat ataupun aktif disebuah organisasi atau komunitas lainnya
seperti perkumpulan Mahasiswa yang penuh dengan diskusi kritis.
Anehnya lagi, Mahasiswa Zaman Now selain uang jajan masih diberi
dari orang tua, mereka tidak segan menggunakannya dengan seenaknya atau sesuka
hatinya demi memenuhi keinginan ketimbang kebutuhannya. Berikut adalah hal-hal
perbandingan yang kontras antara Mahasiswa Zaman Old dengan Mahasiswa
Zaman Now.
Menurut Penulis, seorang Mahasiswa hendaklah menerapkan rumus KBM
(Kuliah, Berorganisasi, Mengabdi). Kehidupan Kampus bukanlah ajang untuk
belajar berorganisasi, belajar berorganisasi hendaknya dilakukan saat masa-masa
SMA/SMK. Masa kuliah adalah tempat yang tepat untuk mengaplikasikan berbagai
pengalaman, keterampilan, keahlian, di masyarakat.
Memang yang namanya belajar itu tidak ada kata terlambat selagi
memiliki niat. Namun, fase ini mengharuskan kita sigap, cepat, dan tepat terlebih
jika sudah terjun di masyarakat yang kita ketahui sangat keras, heterogen, dan
tidak selamanya solusi satu dapat diterapkan pada masyarakat B dan C walau
sukses di masyarakat A, misalnya.
Inilah pentingnya berliterasi ketika Mahasiswa Zaman Now
memiliki waktu luang apalagi teknologi memudahkan arus informasi dan lain
sebagainya. Perlu ditekankan, fase Mahasiswa bukanlah ajang pencarian bakat
melainkan pengabdian bakat! Jika kita masih mencari Jati diri kita saat kuliah,
apa sih yang kita lakukan saat SMA/SMK?
Mahasiswa Zaman Now haruslah belajar dari Mahasiswa Zaman Old.
Tanyalah Ayah-Ibu kita atau Paman serta keluarga kita lainnya yang merasakan
bangku perkuliahan di era 80-an. Pasti mereka bilang bahwa Zaman sekarang lebih
enak ketimbang dahulu yang serba sulit. Jika ada yang bilang zaman berubah
hanya perkembangan teknologi saja, faktanya, pemikiran serta cara hidup pun
berbeda alias ada pengaruh atas lahirnya terknologi yang semakin hari semakin
mutakhir. Jika zaman dahulu dipenuhi hal-hal mitos, maka zaman sekarang kita
memecahkannya dengan hal-hal ilmiah yang lebih logis.
Belajarlah dari kehancuran negeri Sakura Jepang atas dibombardirnya
Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika. Setelah mereka dibumi hanguskan, negeri
yang notabenenya kecil, tidak subur, bahkan penuh dengan bencana alam; tsunami,
gempa bumi, mereka dapat bangkit, maju, bahkan secara tidak langsung menjajah
kembali Indonesia dengan produk-produk mereka yang ada di negeri kita. Lebih
dalam lagi, Jepang pun seakan-akan Penguasa Asia dalam hal terknologi. Ibarat
jika kita melawan mereka kita sudah dihadapkan oleh senjata-senjata biologis
bahkan nuklir di depan mata kita.
Dari contoh tersebut, bagaimanakah daya kritis Mahasiswa Zaman Now
tatkala di Majalengka dibangun Bandara Internasional? Pastinya, tidak
sedikit mereka senang, bangga, malah ada mereka yang rela pergi ke sana untuk
bersuka-ria, berfoto selfie, dan sebagainya. Memang itu adalah sebuah
prestasi pemerintah, namun hal itu bisa juga menjadi boomerang tatkala
Mahasiswa Zaman Now tumpul daya kritisnya!
Jika Mahasiswa Zaman Now lebih melihat bangganya hal
tersebut, apakah mereka juga memikirkan dampak dari dibangunnya hal tersebut?
Bagaimana nasib rakyat miskin di sana ketika Bandara sudah beroperasi nantinya?
Apa yang Mahasiswa Zaman Now lakukan ketika pengangguran terjadi
dimana-mana? Kemudian, apa fungsi DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) jika kita (mahasiswa)
tidak menyuarakan hak rakyat? Pertanyaan terakhir, apa yang membuat Mahasiswa
Zaman Now bungkam akan hal-hal tersebut? Dan dimanakah mereka sekarang?
Kemanakah Jati diri Mahasiswa Zaman Now ini?
ConversionConversion EmoticonEmoticon