Gaul Tapi Shaleh - Coretanku


[Sumber Foto: Google]

Oleh: Guntur Mahesa Purwanto

Sobat, kalau kita bahas remaja pastinya tidak asing lagi dengan fisik mereka yang masih kuat dan semangatnya yang masih fresh sehingga sangat produktif buat ngelakuin berbagai hal. Kalau menurut ahli Psikologi (Hardita, 2015: 6), seseorang dikatakan masih remaja atau tidak bisa dilihat dari konteks umurnya:

  1. Remaja Awal                    : Berusia dari umur 12-15 tahun.
  2. Remaja Pertengahan         : Berusia dari umur 15-18 tahun.
  3. Remaja Akhir                    : Berusia dari umur 18-21 tahun.
Kalau kita lihat remaja dari konteks usianya seperti di atas, baik remaja awal, pertengahan maupun akhir, biasanya diusia itu seseorang sedang rajin-rajinnya menuntut ilmu alias bersekolah. Makanya jangan heran kalau anak kuliahan juga masih dibilang remaja, soalnya uang jajan pun masih dikasih dari orang tua. Hehe. Becanda. Tapi nyata kan?

Usia remaja selain identik dengan hal-hal kreatifitas, mereka juga sedang sibuk-sibuknya dalam menuntut ilmu, salah satu alasan mereka menuntut ilmu yaitu agar mereka dapat mempersiapkan bekal ketika nanti beranjak dewasa. Dengan disekolahkannya mereka di lembaga pendidikan, entah berbentuk yayasan ataupun negeri, diharapkan mereka nanti memiliki keterampilan/menguasai suatu bidang tertentu dalam menghadapi zaman yang tiap menitnya teknologi semakin canggih dan menuntut mereka untuk berinovasi terutama dalam memajukan suatu negeri.

Namun, remaja yang seharusnya terbina dan dapat melahirkan karya bahkan selalu menjadi harapan sebuah negeri di masa depan, kini banyak diantara mereka yang bermasalah dan kerapkali membuat generasi-generasi sebelumnya kecewa terhadap sikap generasi muda hari ini. Tawuran pelajar, seks bebas, pesta miras, bullying, dan lain sebagainya. Itulah kerjaan-kerjaan remaja yang katanya hidup di zaman canggih ini. Sayang sekali, adanya kecanggihan teknologi, mudahnya arus informasi dan komunikasi bukan malah membuat remaja-remaja kita ini semakin semangat dalam belajar dan berkarya untuk mengharumkan nama baik keluarga bahkan negara, yang ada mereka asik dengan kehidupan mereka yang hedonis dan sekuler.

       Memang tidak semua remaja atau pelajar dicirikan dengan kenakalan atau pelanggaran-pelanggaran yang dibuatnya, ada juga kok mereka yang berprestasi bahkan patut dijadikan teladan seperti yang telah dikutip dari brilio.net berikut.

  • Juara 3 Olimpiade IPTEK Metrepolises
Indonesia pernah menjadi perwakilan satu-satunya dari Asia Tenggara yang mengirimkan 8 orang pelajar SMA dalam Tim yang dinamakan Pelajar DKI dan yang meraih juara 3 dalam ajang The 2nd International Olympiad of Metropolises di Moscow, Rusia. Olimpiade tersebut diikuti oleh 36 kota di dunia dari 26 negara seperti Eropa, Asia, Afrika dan Amerika Latin.

  • Juara Lomba Animasi Asiagraph Reallusion 2017
Pada tanggal 23-25 Agustus 2017 di Hall Universitas Seni Nasional Taiwan, Indonesia dengan tim mahasiswa yang berasal dari Universitas Surya, Tangerang berhasil menyabet gelar best film dengan karyanya yang berjudul “Sidewalk”. Bukan hanya itu, tim Unikom Bandung pun turut mendapat penghargaan outstanding work dari karya animasinya yang berjudul “Under the Moonlight.” Dalam memenangkan perlombaan ini setidaknya tim dari Indonesia harus menghadapi 19 tim yang bisa dibilang kuat seperti Jepang, Malaysia, Cina, Thailand dan Taiwan.

  • Juara Hydrocontest 2017
Jika tahun 2016 tim Indonesia pernah pulang dengan tangan kosong ketika mengikuti kejuaraan ini, namun siapa sangka ditahun berikutnya Tim UI yang menjadi perwakilan negeri bumi Ibu Pertiwi dalam Hydrocontest 2017 berhasil menyabet penghargaan diantaranya, Best Heavy Mass Transport Innovasion Prize dan juara ke-4 kategori Heavy Weight Boat.

  • Juara Ajang World Congress IPSF
Lebih dari 60 negara mengikuti World Conggres International Pharmaceutical Student’s Federation (IPSF) yang diadakan di Chientan Youth Activity Centre, Taipei City, Taiwan pada 31 Juli 2017. Dalam event ini Indonesia patut berbangga karena para utusannya berhasil meraih juara pertama. Indonesia saat itu menghadirkan mahasiswa asal UGM yaitu Luh Rai Maduretno Asvinigita, Ris Heikel Najogi Sitinjak dan Shinta Diva Ekanda. Berkat kerja keras mereka kemudian diraihlah gelar juara pertama educational poster bertema “Pengembangan Metode Edukasi Tuberkolosis” dan pada kesempatan lain Luh Rai Maduretno Asvinigita mendapat juara pertama di kompetisi Online Inter-Regional PCE.

  • Juara International Exhibition
Dua siswi SD asal Jawa Tengah bernama Hanum Dzatirrajwa dan Izza Aulia Putri Purwanto berhasil mengharumkan nama Indonesia karena keduanya dapat dikatakan sukses dalam merancang alat permainan ular tangga yang dikhususkan kepada penyandang tuna netra dalam ajang International Exhibition for Young Inventors di Nagoya, Jepang pada 27-29 Juli 2017. Hasil jerih payah mereka ini kemudian berbuah penghargaan dari Tehcnopol Moscow, Rusia dan berhasil membawa pulang medali perak.

               Selain dari contoh-contoh di atas, prestasi lain yang dapat dicontoh khususnya bagi generasi muda muslim adalah prestasi seorang anak bernama Fajar Abdurokhim Wahyudiono, walau dirinya memiliki keterbatasan yaitu menderita penyakit Cerebral Palsy atau Lumpuh Otak yang telah dialaminya sejak lahir, tapi ia berhasil menyelesaikan hafalan Al-Qur’an sebanyak 30 juz saat usianya masih 4,5 tahun. Masha allah...

          Satu lagi, siapa sih yang nggak kenal sama cowok guantenggg bernama Fatih Seferagic? Seorang Hafidz Qur’an kelahiran Jerman pada 1 Maret 1995 ini bisa juga kita jadikan teladan dalam perjalanan hidup kita. Bahwa ketika dirinya menginjak usia 9 tahun, sosok Fatih sudah terbimbing dibawah asuhan Syaikh Qari Zahid dan Qari Abid di Islamic of Baltimore, Maryland. Hasilnya, ketika baru berumur 12 tahun kemudian dirinya dinyatakan sudah bisa menghafal Al-Qur’an. Mantap!

            Kembali ke permasalahan remaja, seorang teman pernah mengeluh kepada penulis bahwa dirinya seringkali menjumpai kawanan pelajar yang saling serang satu sama lain bersenjatakan sabuk, gear, batu dan kayu balok disetiap Hari Jum’at disuatu kota di Jawa Barat. Karena rasa penasarannya yang begitu dalam terhadap aktivitas tawuran antar pelajar yang terjadi di kotanya, kemudian dirinya berinisiatif untuk mencari tahu apa yang menyebabkan mereka bisa seperti itu.  Telusur demi telusur, setelah melakukan wawancara kepada seorang pelajar yang pernah terlibat tawuran, dijawabnya oleh si pelaku tawuran tersebut bahwa aktivitas itu baginya adalah usaha dalam menunjukkan jatidiri atau mengasah kejantanan pria. Baginya kalau ia belum ikut tawuran berarti belum bisa dikategorikan jantan alias banci.

              Sama halnya seperti pengamatan yang pernah penulis lakukan saat masih menyandang status sebagai pelajar SMA, bahwa kasus remaja terjadi seringkali dikaitkan dengan jatidiri dan kehormatan. Pacaran misalnya, baik laki-laki maupun perempuan apabila belum merasakan yang namanya pacaran, berarti ia belum bisa dikatakan gaul atau dewasa. Sampai-sampai ada yang berpandangan bahwa kalau pacaran belum sampai melakukan hubungan badan, berarti ia belum bisa disebut keren atau belum bisa diakui oleh teman-teman sekomunitasnya.

            Memang miris kalau kita ungkap kebobrokan dari hasil pergaulan yang terjadi pada generasi muda kita ini. Mau ataupun tidak, pasti kita akan menemukan fenomena-fenomena itu dikalangan remaja dimana pun kita berada. Remaja kita sejatinya sudah tercekoki oleh budaya-budaya luar baik dalam hal berpakaian, gaya rambut, gaya bicara, lingkungan pergaulan dan hal-hal lainnya yang mereka terima begitu saja tanpa memfilter[1] sama sekali.

         Kebanyakan remaja menjadi generasi “pembebek” atau ikut-ikutan tren tidak lain karena mereka ingin dibilang “gaul.” Apabila mereka tidak mengikuti tren yang ada maka mereka akan disebut “kuper” alias kurang pergaulan. Sebutan lainnya yaitu kuno. Sehingga atas dasar itulah kemudian para remaja perlahan mengikuti arah pergaulan yang tidak Islami yang berefek rusaknya moral demi meraih makna gaul dalam hidupnya.

            Lebih parahnya lagi, efek westernisasi dirasakan bukan sebatas merubah gaya hidup seperti halnya dalam cara berpenampilan dan bergaul dengan sesamanya. Tapi juga sudah merambat menjadi sebuah ide didalam otaknya sehingga mereka berpandangan bahwa hidup adalah untuk bersenang-senang dan mereka tidak peduli terhadap yang namanya aturan agama. Inilah makna “gaul” yang harus kita ubah dikalangan remaja agar mereka terselamatkan hidupnya.

            Karena apabila hal ini terus kita diamkan, mereka akan dengan mudahnya terperosok ke dalam jurang kehancuran yang dinamakan pergaulan bebas. Maka dari itu, agar mereka tidak demikian, tugas kita ialah membina mereka dan mengenalkan mereka arti hidup yang sebenarnya. Mengapa? Karena jika kita acuh, kita sama saja seperti mempersilahkan mereka leluasa di jalan yang salah. Untuk mengenalkannya, kita bisa jelaskan bahwa seorang muslim semenjak lahir sudah memiliki tujuan hidup yang jelas bahwa Allah SWT. menciptakan manusia di dunia bukanlah agar kita ini bersuka ria atau melakukan segala sesuatunya sesuai dengan keinginan alias hawa nafsu semata, tapi Allah dalam hal ini berfirman:




“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia (melainkan) untuk beribadah kepada-Ku.” (TQS. Az-Zaariyat: 56)

Kalau disimpulkan, masalah-masalah yang sering terjadi dalam pergaulan remaja bisa disebut dengan 3F dan 3S. 3F adalah singkatan dari Food, Fashion dan Fun. Sedangkan 3S adalah Sport, Song dan Sex.

Bukti bahwa Food dapat merusak generasi muda yakni ketika mereka tidak tau mana halal dan mana haram yang diakibatkan jauhnya mereka terhadap kehidupan agama. Apabila seorang remaja tidak dibekali dengan ilmu-ilmu agama semenjak kecil, maka ia akan dengan mudahnya mengunyah atau menenggak makanan dan minuman apapun yang dilihatnya tanpa mengenal istilah halal-haram. Sekalipun ia mengetahui bahwa barang tersebut haram, namun ia tidak peduli karena baginya agama adalah candu.

Berikutnya, adanya fashion-fashion yang tidak syar’i seringkali mengincar para remaja baik dikalangan laki-laki maupun perempuan. Model pakaian belakangan ini kebanyakan hanya mengandalkan nilai estetik ketimbang mengacu terhadap ajaran hadits. Harga yang mahal dan jelas-jelas memperlihatkan aurat bukanlah suatu masalah bagi remaja yang menyukainya. Selain itu, yang menjadi masalah lagi bahwa tidak sedikit mereka yang tertarik dan mengenakan pakaian-pakaian ala Barat agar bisa dibilang “gaul” atau supaya tidak dibilang ketinggalan zaman.

Bukan hanya sampai disitu saja, para remaja pun terkadang merasa dirinya dapat meraih status “gaul” jika mereka punya geng, bisa nongkrong-nongkrong malam, nonton konser musik, merokok, bolos sekolah, pacaran, dll. Hal-hal itu yang kemudian disebut sebagai lembaran “kesenangan” dalam hidup mereka. Istilahnya, mereka belum menikmati fase fun jika mereka belum melakukan pacaran, nongkrong, kumpul sama geng-nya, dan hal-hal lainnya.

Selain dari penjelasan 3F di atas, yang tidak kalah bejat-nya dalam pergaulan remaja yaitu masalah sport atau olahraga. Kamu pasti ingat tentang pertikaian yang entah sampai kapan berakhirnya antara supporter Persib dengan Persija atau Arema dengan Persebaya. Ya, pertikaian klub-klub bola ini adalah PR bersama bagi bangsa Indonesia agar bisa mendidik generasi-generasi berikutnya yang seharusnya dunia olahraga dapat membuat seseorang menjadi sehat dan bugar tidak lagi menjadi membuat seseorang cidera bahkan hilang nyawa.

Hal lain yang perlu kita tekankan bagi seorang muslim dalam bidang olahraga ialah wajibnya ia tetap menutup aurat sekalipun saat berlangsungnya pertandingan. Karena seringkali kita melihat perempuan-perempuan yang mulanya mengenakan kerudung tapi kemudian mereka lepas kerudung itu tanpa rasa bersalah disaat seorang wasit meniupkan peluit yang menandakan bahwa pertandingan segera dimulai. Bukan cuma dilepasnya kerudung saja yang seringkali jadi masalah, tapi juga pakaian yang mereka kenakan adalah pakaian yang serba minim sehingga (maaf) paha dan dadanya seringkali menjadi bahan guyonan bagi lawan jenisnya.

Dunia remaja itu bisa dibilang identik sekali dengan warna-warni dengan pernak-pernik aksesoris yang melambangkan sebuah keceriaan. Makanya jangan heran kalau remaja kita ini suka sekali dengan yang namanya kerlap-kerlip lampu diskotik dengan musik-musik DJ yang dimainkannya, ditambah lagi adanya para penari yang berpenampilan cantik dan seksi didalamnya yang semakin membuat mereka terhipnotis.

Adanya grup band seperti Greenday, Good Charlotte, Avenged Sevenfold, Asking Alexandria, Marsmellow, Alan Walker, Paramore, atau bagi perempuannya penyuka Boyband dan Gilrband seperti Super Junior, Blackpink, dan masih banyak lagi. Dalam hal ini mereka seringkali menjadikan para penyanyinya sebagai panutan dalam kehidupan mereka. Bahkan, istilahnya ada yang sampai seperti “menabikan” atau “menuhankan” sosok penyanyi atau pemain musik tersebut sampai-sampai jika ia bertemu dengan sang idola, mereka merengek menangis-nangis dan ingin berdampingan dengan sang idola.

Adapula mereka yang rela sampai berjubel-jubel disuatu ruangan hanya untuk berfoto bersama sang idola. Selain itu, jika ada konser yang akan digelar oleh grup band favoritnya, dirinya akan kejar dimanapun konser itu digelar dan tidak peduli sekalipun tiketnya mahal.

Yang terakhir ialah masalah yang sangat rentan terjadi dikalangan remaja yaitu urusan cinta atau Sex. Memang betul jika ada yang menyatakan bahwa cinta itu adalah anugerah dari Sang Pencipta. Akan tetapi, gara-gara persoalan cinta seseorang bisa mendapatkan sebuah kehinaan tatkala ia tidak tahu bagaimana cara mengurus soal cinta terlebih dirinya acuh terhadap urusan agama. Karena jika seseorang ingin mengurus urusan yang satu ini apabila tidak ada landasannya, maka yang ada adalah “cinta yang berujung zina.”

Pengaruh westernisasi dalam media massa ternyata cukup efektif untuk merubah mindset dan lingkungan bermain seseorang. Mulanya, mereka akan disuguhi sebuah produk yang kemudian membuat mereka berani memakai produk tersebut seperti halnya membuka aurat dan memamerkannya secara cuma dihadapan lawan jenisnya agar dipuji cantik. Bahkan, tidak sedikit mereka (maaf) yang menyerahkan tubuh elok dan mulusnya demi cinta kepada kekasih belum halalnya itu. Tidak sampai disitu, ada pula perempuan yang rela membagikan tubuhnya kepada lawan jenis untuk “dipegang-pegang” layaknya iklan cokelat yakni dibagi-bagi dengan alasan solidaritas atau kesenangan.

Masalah rasa yang timbul kepada lawan jenis memang hal yang wajar bagi manusia dan ini adalah hal yang manusiawi atau dalam kata lain normal. Memang sudah fitrahnya laki-laki menyukai kepada lawan jenisnya yaitu perempuan, begitu pun sebaliknya. Sungguh tidak wajar jikalau kita menemukan ada laki-laki maupun perempuan yang saling suka dan saling cinta terhadap sesama jenisnya. Bahkan lebih parahnya lagi jika ada mereka yang menolak untuk menikah dengan lawan jenisnya.

Di dalam Al-Qur’an, penyuka sesama jenis ini merupakan perilaku yang sangat hina bahkan lebih buruk derajatnya daripada binatang ternak. Bagaimana tidak? Manusia yang jelas-jelas sudah dikaruniai akal dan pikiran oleh Tuhan, dirinya malah berperilaku demikian. Kalaupun hewan yang melakukannya itu bisa dibilang wajar, mengapa? Karena hewan tidak punya otak layaknya manusia.

Selain itu, dalam membahas penyuka sesama jenis ini, kita dapat berkaca dari kisah Nabi Luth dan kaumnya yang ingkar terhadap keberadaan Allah SWT. dan menentang ajaran yang dibawa oleh Nabi Luth kepada mereka. Bahwa kaum Sodom dan Gomora ini memiliki perilaku tidak wajar yang belum pernah ada pada perilaku kaum sebelumnya.

Bahwasanya, mereka adalah kaum yang menyukai sesama jenis dan memiliki kebiasaan berhubungan badan hanya dengan sesama jenisnya. Bahkan, jika kaum Sodom dan Gomora ini ditawari untuk menikah dengan lawan jenis, mereka malah menolak. Karena bobroknya moral yang dialami oleh kaum Nabi Luth ini, hal yang kemudian membuat Allah SWT. murka dan membinasakan mereka adalah gara-gara perilaku mereka yang bejat itu. Termasuk didalamnya istri dari Nabi Luth yang Allah kenakan azab kecuali Nabi Luth dan para pengikutnya yang setia saja yang mendapat keselamatan atas timpaan azab pedih itu.

Kisah Nabi Luth dan kaumnya ini bisa kita dijadikan pelajaran yang begitu berharga tatkala maraknya LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) di bumi Nusantara ini. Sampai-sampai peninggalan kaumnya Nabi Luth tersebut masih meninggalkan sisa yang cukup menampar bagi kita yang serupa dengan tingkahlaku mereka.

Kota Pompeii di Italia adalah tempat kaum Sodom dan Gomora itu dibinasakan yang sampai saat ini jasadnya masih utuh bahkan ada diantara mereka yang sedang melakukan hubungan badan sebelum azab Allah turun kepada mereka. Semoga ini dapat memberikan kita pelajaran saat maraknya gerakan LGBT baik di dalam negeri maupun di dunia.

Terlepas dari masalah tentang pecintaan sesama jenis, kini kita kembali lagi membahas cinta terhadap lawan jenis. Walaupun cinta kepada lawan jenis ini merupakan anugerah atau fitrah dari Tuhan, namun cinta ini ada aturan yang harus kita penuhi untuk melangsungkannya. Dalam agama Islam, urusan atau rasa cinta terhadap lawan jenis ini tidak boleh disalurkan dalam bentuk apapun selama keduanya belum terikat pada sebuah akad pernikahan. Jadi, istilah pacaran dalam agama Islam adalah aktivitas terlarang atau haram dilakukan.

Mengapa pacaran dilarang? Karena pacaran adalah salah satu jalan menuju zina yang dapat mengantarkan kita ke dalam kenistaan seperti firman Allah SWT. sebagai berikut.




“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (TQS. Al-Isra: 32)

Fakta bahwa pacaran adalah jalan menuju perbuatan haram bahwa tidak sedikit para pelaku pacaran mengalami kasus-kasus seperti punahnya perawan-perawan diusia muda hingga hamil diluar nikah. Lebih parahnya lagi, yaitu adanya kasus aborsi atau dibuangnya bayi yang merupakan hasil dari hubungan gelap keduanya agar tidak diketahui masyarakat pun keluarga mereka.

Karena itulah agama Islam mengajarkan pernikahan sebagai solusi dalam menyalurkan rasa cinta kepada lawan jenis. Sedangkan apabila ada seseorang yang memiliki rasa cinta kepada lawan jenis namun belum mampu untuk menikah, maka puasa adalah perisai baginya agar dapat menundukkan pandangan terhadap seseorang yang disukainya.

Bahasan 3F dan 3S inilah yang merupakan masalah-masalah yang seringkali menimpa remaja beserta pergaulannya hanya untuk mendapat predikat “gaul” di mata orang lain atau teman-temannya. Adapun kita sebagai seorang muslim dalam menyikapi makna “gaul” ditengah maraknya pergaulan bebas ini ialah memahamkan makna gaul yang sebenar-benarnya kepada mereka yang belum mengerti arti hidup.

Jika remaja kebanyakan bilang bahwa pacaran adalah gaul, maka kita bilang bahwa jomblo fi sabilillah atau menikah muda lebih gaul ketimbang aktivitas pacaran. Jika remaja kebanyakan bilang konser musik dan artis idola adalah bagian dari kehidupannya yang gaul, maka kita bilang bahwa seorang pemuda yang terpaut hatinya kepada masjid dan mengidolakan Nabi Muhammad SAW. adalah lebih gaul lagi. Jika remaja kebanyakan bilang kalau memakai pakaian syar’i atau menutup aurat seperti hijab itu kuno, gerah/panas, kita katakan bahwa menutup aurat adalah bagian dalam menjaga kehormatan diri dan panasnya di akhirat lebih panas daripada panas yang ada di dunia. Jika kebanyakan remaja bilang tawuran itu keren dan melatih kejantanan, katakanlah bahwa yang keren itu adalah ketika seorang muslim ikhlas menjadi pejuang-pejuang dakwah dan berani mati hanya di jalan Allah SWT. Jika remaja kebanyakan bilang bahwa hidup ini untuk bersenang-senang dan terserah kita yang menjalaninya, maka kita katakan bahwa kita ini hidup karena Allah, untuk Allah dan kelak akan kembali lagi kepada Allah. Adapun ketika kita hidup, bukan berarti kita ini boleh melakukan hal apapun alias bebas sebebas mungkin dalam menjalaninya. Karena kita bukanlah hewan, melainkan kita adalah manusia dan kita dikaruniai akal pikiran serta kepada kita pulalah Al-Qur’an dan As-Sunnah diturunkan sebagai pedoman kita dalam menapaki pahit-manisnya kehidupan.

Jadi, gaul bukan berarti kita ini harus berseberangan dengan syariat. Makna gaul dapat kita raih apabila kita paham terhadap arti dari sebuah kehidupan yang sifatnya sementara ini. Selanjutnya, seorang muslim dapat dikatakan gaul jika ia menjadikan ajaran Islam sebagai tolak ukur dirinya dalam berperilaku. Selain itu, lebih bagus lagi jika otak yang digunakannya tidak melulu mengejar prestasi duniawi semata tapi juga berlomba-lomba untuk meraih prestasi akhirat dan mendapatkan tempat yang mulia di sisi-Nya.

Dari sinilah semoga kita tersadar bahwa banyak orang-orang diluar sana yang menunggu kesuksesan kita bahkan menunggu uluran tangan dari kita agar mereka juga dapat sama-sama merasakan bahagia hidup dengan kita baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, manfaatkanlah waktu masa muda kita agar setiap derap langkah serta detik demi detiknya dapat berkah dihadapan Allah SWT. dan kelak ketika wafat nanti dapat bertemu dengan kekasih-Nya yakni Nabiyullah Muhammad SAW. didalam surganya Allah Ta’ala. Aamiin ya rabal ‘alamin...

Daftar Pustaka

Al-Quran dan Terjemahannya.2009. Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia.

Amalia, Hardita. 2015. Anak Muda Keren Akhir Zaman. Jakarta: Qibla.






[1] Menyaring, memilah-memilih.



6 comments

Click here for comments
31 May 2018 at 22:37 ×

masya allah pengunjungnya lebih dari 2000.. mantaf kang..

Reply
avatar
5 June 2018 at 09:17 ×

Wah bagus dong, gimana caranya ningkatin traffic ya?

Reply
avatar
5 June 2018 at 09:19 ×

Baca judulnya jadi inget ke ust kekiniaan, Ustaz Gapleh... Saran, ketika menulis, sasarannya mau ditujukan ke siapa? kalau ke kalangan anak muda, mungkin lebih enak kamu. Kalau tulisan ilmiah popular yang sekiranya ditujukan kepada pembaca dewasa, bagus pake sapaan Anda Semangat ya

Reply
avatar
10 June 2018 at 09:49 ×

Cukup dengan posting dan share info ke medsos

Reply
avatar
10 June 2018 at 09:50 ×

Oke, terimakasih atas masukkannya.

Reply
avatar

ConversionConversion EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
-_-
(o)
[-(
:-?
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
$-)
(y)
(f)
x-)
(k)
(h)
(c)
cheer
(li)
(pl)