(Sumber
Gambar: http://smartwithislambandung.blogspot.com/)
Oleh:
Guntur Mahesa Purwanto
Sob,
belum cukup deh rasanya kalau kita sebagai seorang muslim belum tergolong smart.
Banyak sih orang pinter (eits, bukan dukun ya) semisal ada mereka yang
juara 1 di kelasnya, dapet piala gara-gara memenangkan ajang perlombaan, sampai
ada juga yang bisa melahirkan karya seperti menerbitkan buku, menciptakan robot,
dan masih banyak lagi.
Namun,
dari semua kebahagiaan yang didapat, terkadang ada hal kelam yang enggak tau
apakah kita sadar ataukah tidak, walaupun misalnya kita meraih prestasi dan
mendapatkan penghargaan murni atas keringat dan usaha sendiri. Hal kelam yang
dimaksud adalah kita boleh smart disatu sisi tapi tidak smart
disisi lainnya.
Contohnya?
Si Fulan meraih juara 1 dalam ajang perlombaan Matematika yang mewakili sekolah
tempat dirinya menuntut ilmu. Bukan cuma itu, si Fulan pun sangat gigih
berlatih bahkan mendapat bimbingan khusus dengan seorang guru seminggu sebelum
perlombaan dimulai, agar saat waktunya tiba dapat menghantam bala rintang tanpa
hambatan sedikit pun.
Sayangnya,
si Fulan yang selalu dipuji-puji oleh orang tuanya, gurunya, teman-temannya,
bahkan orang yang tak dikenal sekalipun karena keberhasilannya dalam bersaing
mengalahkan peserta lain ketika perlombaan, tidak berarti apa-apa dihadapan
Tuhannya. Hal itu dikarenakan si Fulan enggan taat dan bersyukur atas apa yang
telah diberikan Tuhannya.
Jadi
gini simple-nya D’riser, kita sebagai manusia yang dianugerahi
kepintaran disuatu bidang, kekayaan yang melimpah, serta jabatan yang
strategis, tidak akan ada artinya semua itu dihadapan Allah Swt. jikalau
kitanya sendiri shalat jarang, ngaji kadang-kadang, apalagi sedekah yang selalu
beralasan gak ada uang.
Pinter
sih pinter, tapi kalau gak jalanin apa yang udah diperintahkan Allah itu gimana
ceritanya? Bukannya bersyukur atas kepintaran yang udah Allah berikan kepada
kita yang berarti kita ini orang yang terpilih di antara manusia lainnya, eh
ini malah lalai terhadap kewajibannya sebagai seorang muslim. Inilah yang
dimaksud smart tapi tidak melibatkan Islam sebagai landasan hidupnya.
Lalu,
gimana sih kita sebagai seorang muslim biar bisa pintar dan beprestasi tapi tergolong
sebagai muslim yang smart with Islam? Gampang sob!
Pertama,
kenali diri. Sepintas mudah dan sepele banget ya? Tapi siapa sangka yang
katanya mudah bin sepele ini sering dikacangin (diabaikan). Faktanya, banyak
sekali generasi muda kita yang katanya muslim tapi kalau adzan berkumandang
malah nyantai-nyantai bak orang berjemur di Pulau Kelapa. Katanya ngaku muslim,
kalau muslim ya harusnya shalat kalau adzan udah terdengar tuh! Eh ini malah
berleha-leha ibarat hidup dan mati kita yang ngatur sendiri, bahkan yang lebih
parahnya lagi gak jalanin shalat, emangnya hidup ini milik elu!?
Jadi,
kalau kita udah kenal siapa kita, harusnya bisa bersikap sesuai dengan tuntunan
yang ada. Misalnya kita terlahir sebagai seorang muslim, langkah yang harus
kita tempuh ialah cari tau pedoman bagaimana sih menjadi muslim yang baik dan
benar itu. Dalam hal mengenal diri, Allah Ta’ala berfirman:
“Tidaklah
aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku.”
(TQS. Az Zariyaat: 56)
Ayat
di atas menjelaskan kepada kita bahwa inti dari kehidupan ini adalah beribadah.
Oleh karena itu, libatkanlah Allah disetiap aktivitas kita sob, baik saat
belajar di sekolah ataupun bekerja, biar barokah plus pahala bakal mengalir deras
untuk kita.
Kedua,
kenali tujuan hidup. Banyak banget nih kawula muda yang suka bilang, “Hidup gue
gimana gue, suka-suka gue mau ngapain. Yang dosa gue kok elu yang ribet!”
Biasanya orang yang punya slogan kayak gitu adalah orang yang anti terhadap dakwah
khususnya mereka yang doyan pacaran ketika ada temannya mengingatkan untuk
kembali ke jalan Allah.
Memang
betul hidup kita ini adalah pilihan kita dan terserah kita mau masuk ke lubang
biawak ataukah gerbang kebaikan. Tapi, walaupun misalnya teman kita yang
maksiat, yang berzina, kita akan tetap kena dosanya kalau kita masih diem-diem
bae! Apalagi kalau azab Allah turun, memangnya air tsunami bakal pilih-pilih
mau menghanyutkan siapa aja? Enggak kan? Semua orang termasuk orang shaleh
bahkan bayi tak berdosa sekalipun bisa ikut terhanyutkan gara-gara satu orang
yang bermaksiat dijalan Allah. Makanya, kalau ada musibah alangkah baiknya
merenung terhadap dosa yang pernah diperbuat apalagi dilakukan dengan sengaja!
Udah tau dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya eh main tabrak aja.
Ketiga,
jadi muslim jangan nanggung. Maksudnya, kita sebagai muslim harus totalitas
alias kaffah dalam menjalankan perintah Allah dan meninggalkan apa-apa
yang telah dilarang. Mengenali diri sudah, mengenali tujuan hidup sudah juga
tapi kok ragu terikat dengan syariat Islam? Kita ini enggak boleh kayak orang
kondangan yang comot sana comot sini yang kita doyan aja. Yang namanya muslim
harus mau terikat dengan syariat Islam! Mau tidak mau itu adalah perintah dari
Allah dan Rasul yang harus kita laksanakan.
Islam
itu ngatur bukan sebatas perkara ibadah seperti shalat, zakat, puasa dan naik
haji (bukan pak haji ya) saja, melainkan mengatur juga yang namanya pergaulan
bahkan pemerintahan. Jikalau semuanya direalisasikan dengan baik, negeri yang
tadinya masyarakat doyan dengan maksiat, hura-hura, dsb. Apabila Islam
diterapkan disegala aspek kehidupan niscaya negeri yang tadinya penuh dengan
dosa bisa meraih predikat sebagai negeri yang baldatun thayyibatun wa rabul
ghafur! Seperti Rasulullah Saw. yang sukses mengajak masyarakat memeluk
Islam dan menerapkan syariat Islam atas gagah dan gigihnya para sahabat yang
turut membantu di antaranya Abu Bakar as Shiddiq, Umar bin Khattab, Ustman bin
Affan, Ali bin Abi Thalib, dkk. Sehingga negeri Makkah yang tadinya jahiliyyah
dapat tunduk oleh Islam dan menjadi negeri yang diberkahi oleh Allah Swt.
Jadi,
biar kita bisa menjadi muslim yang smart with Islam, kita harus bisa
menyeimbangkan urusan dunia dengan urusan akhirat. Kepintaran, kekayaan, dan
jabatan yang kita punya, jadikanlah hal-hal itu sebagai wasilah untuk
mengajak orang yang tadinya tersesat untuk kembali ke jalan Allah dan
Rasul-Nya.
ConversionConversion EmoticonEmoticon