forummuslim.org
Oleh: Guntur Mahesa Purwanto
Warga negara Indonesia khususnya yang berada di wilayah Jawa Barat
tentunya tidak asing lagi dengan tokoh yang satu ini. Minimalnya, kita
mengenalnya sebagai tokoh ulama yang berperan besar dalam syiar Islam di tanah
Jawa. Kemudian, adapula yang mengenalnya dengan disangkutpautkannya tentang
kehadiran Walisongo di bumi Nusantara ini.
Sayangnya, hanya segelintir orang saja yang mengenalnya secara
lebih atau mendalam. Kebanyakan orang apalagi di zaman milenial ini,
orang-orang lebih tertarik mengenal dan mendalami biografi para artis ketimbang
para tokoh sejarah yang banyak memiliki pengaruh atas jasanya hingga saat ini.
Sahabat Coretanku, tulisan ini dibuat untuk memberikan keseimbangan
atau jalan tengah tentang simpang siurnya sosok Sunan Gunungjati yang kerapkali
terdapat perbedaan pendapat tentangnya. Namun, tulisan ini tidak mengulas
secara tuntas kisah hidup beliau rahimahumullah secara utuh. Karena itu, untuk
lebih jelasnya silahkan para pembaca membeli sebuah buku yang ditulis oleh Prof.
DR. Hasanu Simon agar memiliki pemahaman yang lebih dalam lagi.
Doc. Pribadi
Bagi para pembaca yang masih asing akan siapa itu Sunan Gunungjati,
silahkan simak tulisan ringkas berikut ini.
sejukkaniman.blogspot.com
Menurut Prof. DR. Hasanu Simon (2008:246) menjelaskan bahwa Sunan
Gunungjati didalam tulisan Asnan Wahyudi dan Abu Khalid (tanpa tahun:13)
bernama Syarif Hidayatulloh. Merupakan orang Palestina yang dikirim oleh Sultan
Turki pada tahun 1436. Pengirimannya ke bumi Nusantara dimaksudkan sebagai
tindaklanjut dari tim yang telah ada sebelumnya pada tahun 1404. Selanjutnya,
dikirimnya Sunan Gunungjati ke Nusantara untuk menggantikan dua orang anggota
walisongo yang meninggal dunia pada tahun 1435, antara lain:
- Maulana Malik Isro’il
- Maulana Ali Akbar
Kemudian, dua anggota walisongo tersebut digantikan oleh Sayyid Ja’far
Shodiq selaku pengganti Maulana Malik Isro’il dan Syarif Hidayatulloh selaku
pengganti Maulana Ali Akbar. Didalam buku yang ditulis oleh Asnan Wahyudi dan
Abu Khalid, menerangkan bahwa kedatangan Syarif Hidayatulloh di Jawa adalah
tahun 1470.
Perlu diketahui bersama, bahwa informasi tentang kedatangan
walisongo masih banyak yang tidak akurat dan simpang siur. Untuk menyikapi hal
ini, para pembaca hendaknya mau membuka diri dan saling menghargai karena yang
terpenting ialah misi yang dibawa para walisongo yang terasa hingga sampai saat
ini.
Jika tadi diambil dari tulisan yang dibuat oleh Asnan Wahyudi dan
Abu Khalid, adapun menurut Widji Saksono (1995:36-37) menurut Prof. DR. Hasanu
Simon (2008:247) menjelaskan bahwa Sunan Gununjati ialah Sayid Zen bin Sayid Es
bin Raden Suta Maharaja bin Syekh Maulana Ishaq. Dikatakan oleh Widji Saksono
bahwa wafatnya Sunan Gunungjati yakni tahun 1570. Dalam versi ini dikisahkan
bahwa Sayid Zen hidup di bumi bukan
melalui proses kelahiran layaknya manusia. Mulanya, ada seseorang di Pasai yang
tidak dikaruniai seorang anak. Karena harapannya ingin mempunyai anak, orang
tersebut selalu berdo’a kepada Allah SWT. dan pada suatu malam dirinya mendapat
petunjuk didalam mimpinya agar menyelam ke dasar laut. Kemudian ia melaksanakannya
seperti petunjuk yang pernah singgah dimimpinya. Lalu, dirinya menemukan sebuah
peti yang berisi bayi, kemudian diangkatnya peti itu ke permukaan dan dibawalah
bayi tersebut serta dipelihara dengan penuh kasih sayang.
Setelah besar, anak tersebut disekolahkan kepada seorang pemuka
agama bernama Maulana Ahlul Islam. Kecerdasan si anak tersebut sangat luar
biasa dibandingkan teman-temannya. setelah dewasa, si anak tersebut diberikan
amanah oleh sang guru untuk menyiarkan agama Islam di Jawa tepatnya di Cirebon.
Sesampainya di sana, ia kemudian mendirikan perguruan di tepi sungai Sapu
dengan muridnya yang banyak. Muridnya yang banyak tersebut dari berbagai
daerah. Bahkan, penguasa setempat pun ikut menimba ilmu kepadanya. Hal yang
sangat mengejutkan kemudian terjadi, penguasa setempat kemudian menyerahkan
kedudukannya sebagai raja kepadanya. Setelah menjadi raja Cirebon itulah
dirinya menamakan Sunan Gunungjati.
Sayangnya, kisah yang dimuat oleh Widji Saksono tersebut dikritik
dalam buku Prof. DR. Hasanu Simon dikarenakan kisah yang tidak masuk akal dan
umat Islam sebaiknya menerimanya sebagai dongeng semata. Bukan suatu kebenaran.
pasebanjati.blogspot.com
Sedangkan menurut versi Babad Jawa (Wirjapanitra, tanpa tahun)
didalam buku Prof. DR. Hasanu Simon (2008:247), menerangkan bahwa asal-usul Sunan
Gunungjati dikisahkan tentang adanya seorang raja Pasai yang tidak punya anak,
lalu meninggalkan istana untuk menyebarkan agama Islam dan kemudian hari
dirinya mendapatkan bayi didalam peti yang terapung-apung di laut. Bayi tersebut
kemudian dibawa pulang ke Pasai dan diberi nama Raden Lautan. Setelah dewas,
Raden Lautan dikirim ke pulau Upih (Malaka) untuk belajar agama kepada seorang
ulama. Setelah satu tahun tinggal di Malaka, Raden Lautan pergi ke Cirebon dan
dikemudian hari bergelar Sunan Gunungjati.
Sumber lainnya tentang Sunan Gunungjati datang dari Rahimsyah
(1997) didalam buku yang ditulis oleh Prof. DR. Hasanu Simon (2008:248) yang
menjelaskan bahwa Syarif Hidayatullah merupakan cucu dari Prabu Silihwangi
Pajajaran. Kisah ini diawali dengan adanya ulama besar sebelum era Syarif
Hidayatullah (Sunan Gunungjati) bernama Syekh Idhofi Mahdi atau Syekh Dzatul
Kahfi atau juga dikenal sebagai Syekh Nurjati. Syekh Dzatul Kahfi atau orang
Indonesia biasa menyebutnya sebagai Syekh Datuk Kahfi, berhasil membawa putera
dan puteri Prabu Silihwangi masuk Islam dengan dakwahnya. Putera dari Prabu
Silihwangi tersebut merupakan Pangeran Walangsungsang/Cakrabuana yang kelak
menjadi tokoh bangsawan yang memiliki pengaruh dalam penyebaran Islam. Sedangkan
puterinya Rara Santang merupakan anak raja yang dipersunting oleh Raja Mesir
bernama Sultan Syarif Abdulloh lewat perantara Syekh Bayanillah (ulama besar)
yang saat itu mereka tinggal di rumahnya untuk mendapatkan tambahan ilmu agama
Islam saat pergi berhaji. Setelah mendapatkan restu, Rara Santang diubah
namanya menjadi Syarifah Muda’im dan dikaruniai dua anak lelaki bernama Syarif
Hidayatulloh dan Syarif Nurulloh.
Sumber:
-Simon, Hasanu.2008. Misteri Syekh Siti Jenar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sedia Kerudung/Khimar jenis Serut (praktis), wolfis, reguler motif, strip, classic, dan menyediakan pula manset/handsock, kaus kaki, ciput, serta perlengkapan muslimah lainnya. Contact: Ukhti Thina Az Zahra (Facebook) atau 0822-9895-8569 (WhatsApp)
ConversionConversion EmoticonEmoticon